Halo pembaca zenius BLOG, di antara lo ada yang suka nonton film alien nggak? Kalo zaman gue dulu, sih, yang beken itu film Star Wars, E.T, Alien, Predator, Men in Black,
etc. Biasanya, di film-film itu, diceritain bahwa ada kehidupan lain di
luar planet Bumi. Sebagian diceritain peradaban di planet lain itu udah
sangat maju dengan teknologi yang tidak terbayangkan oleh kita,
sebagian lainnya diceritakan alien itu berbentuk monster mengerikan yang
siap memangsa manusia.
Tapi sebetulnya, pernah nggak sih lo berpikir bahwa itu
semua mungkin terjadi? Apakah betul ada kehidupan lain di luar planet
bumi? Apakah alien itu mungkin saja ada hanya saja belum ditemukan? Atau
jangan-jangan selama ini kita cuman dibohong-bohongin sama film
hollywood aja? Nah, di artikel ini gue bakal ngebahas tentang
kemungkinan adanya kehidupan di luar angkasa berdasarkan fakta-fakta
sains yang udah ada sekarang.
Oh iya, sebelumnya, kenalin dulu nama gue Zulfikar atau biasa
dipanggil Ijul. Gue alumni murid zenius-x angkatan 2009--2010 dan telah
selesai menempuh studi S1 di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH)
ITB untuk penjurusan Biologi. Sekarang ini, gue di zenius sebagai
admin di forum zenius club dan backup tutor Biologi di zenius-x Tebet.
Okay, kita balik lagi ke pembahasan tentang potensi
kehidupan di luar angkasa. Tapi, sebelum gua masuk ke pembahasan utama,
mau gak mau, gua harus ngasih perkenalan dulu tentang 2 topik
perkenalan, sebelum masuk ke topik utama di topik ketiga:
-
Komponen penyusun kehidupan.
-
Penalaran luar angkasa dari sudut pandang Bumi.
-
Potensi Kehidupan di luar planet Bumi.
Okay, itulah kira-kira ketiga hal yang akan gua bahas di artikel ini, sekarang langsung aja yuk kita mulai pembahasan topik 1:
1. Komponen Penyusun Kehidupan.
Sebelum kita menganalisa apakah ada kehidupan di luar angkasa, kita harus tau dulu dong
komponen penyusun kehidupan itu apa. Maksudnya, jika makhluk hidup dari
mulai domain Bakteria, Archaea dan Eukarya telah berhasil
berkembang biak dan menghasilkan spesies yang beraneka ragam yang kaya
di planet Bumi ini, perlu kita telaah dulu mengapa hal itu bisa terjadi,
dengan harapan bahwa skenario yang sama atau mirip juga terjadi di luar
angkasa atau di planet lain.
Pertama-tama, gue harus menekankan dulu bahwa proses terbentuknya
mahluk hidup pertama kali di bumi ini masih belum diketahui secara
persis. Tapi, sejauh ini kita telah mengetahui materi-materi apa aja sih
yang pasti diperlukan agar kehidupan dapat terbentuk. Unsur pertama
terpenting adalah karbon (C), bisa dibilang seluruh bentuk kehidupan di
planet bumi yang kita ketahui saat ini, semuanya dibuat dengan karbon
sebagai material dasarnya. Kenapa karbon? Karena karbon inilah yang
bakal dibutuhkan untuk membentuk senyawa-senyawa yang dibutuhkan untuk
ngebentuk mahluk hidup seperti glukosa, karbohidrat, lemak,asam amino,
protein, dll.
Selain karbon molekul, yang paling dibutuhkan oleh mahluk hidup adalah air (H2O)
dalam bentuk cair. Kenapa air? Air itu penting bagi mahluk hidup karena
air itu merupakan pelarut yang baik dan itu penting banget buat kerja
sel-sel kita, selain itu air juga berperan dalam ikatan DNA seluruh
mahluk hidup melalui ikatan hidrogen. Tanpa ada air, sel-sel tubuh
makhluk hidup ngga bakalan bisa kerja.
Nah, terus gimana ceritanya sampe senyawa-senyawa itu bisa
ada di bumi? Untuk senyawa organik beberapa ilmuwan berpendapat
senyawa-senyawa tersebut terbentuk dari senyawa-senyawa anorganik yang
ada saat kehidupan pertama terbentuk (sekitar 3,5 -- 3.8 milyar tahun
yang lalu). Namun belakangan ini, ada satu hipotesa yang menarik bahwa
senyawa-senyawa komponen penyusun kehidupan itu belum tertentu berasal
dari bumi, tapi terbawa oleh Asteroid, karena berdasarkan bukti-bukti
terkini, ternyata ditemukan bahwa senyawa-senyawa tersebut (termasuk
juga air) ternyata terkandung dalam astroid!
Lah, terus kenapa kalo komponen penyusun kehidupan itu ada di
astroid? Nah, bagi yang belum tau, saat bumi kita masih muda: sekitar
3,8 milyar tahun yang lalu (bumi terbentuk 4,5 milyar tahun yang lalu)
bumi dihujani meteor dalam jumlah yang super buuaaanyak bangeet sampe ga
keitung dan peristiwa itu namanya Late Heavy Bombardment.
Nah, sekarang-sekarang ini, para saintis menduga kuat bahwa peristiwa
itu telah "membawa" air dan senyawa organik yang sangat banyak dan bisa
jadi sebagai pemicu yang menyebabkan kehidupan itu bisa terbentuk di
planet bumi ini.
Okay, mungkin sekarang jadi muncul pertanyaan di kepala lo, "Jika dulu kehidupan terbentuk dari senyawa kimia, apakah kita bisa mensimulasikan hal yang sama terjadi saat sekarang ini?". Sayangnya, hal itu sulit direalisasikan, kenapa? Karena keadaan planet Bumi ini jauh berbeda saat kehidupan
muncul pertama kali di bumi (3,8 Milyar tahun yang lalu) dengan keadaan
Bumi saat sekarang. Apa bedanya? Yang paling signifikan adalah kondisi
Planet Bumi yang sekarang memiliki kadar oksigen yang tinggi di
atmosfer, dimana kadar oksigen yang tinggi ini justru buruk bagi proses
terbentuknya kehidupan.
Kok bisa gitu? Bukannya oksigen adalah penunjang utama kehidupan?
Dalam hal ini, oksigen
memiliki peran lain, yaitu merupakan oksidator yang kuat dan bisa dengan
mudah mengoksidasi senyawa-senyawa (Baca: merusak proses) yang penting
bagi kehidupan. Dengan begitu, konsekuensinya, "kehidupan" ga punya
cukup waktu untuk bisa terbentuk dengan kondisi Bumi sekarang ini.
Selain hipotesa di atas, ada sebagian ilmuwan lain yang menduga bahwa hydrothermal vent merupakan skenario yang lebih tepat untuk menggambarkan munculnya kehidupan pertama kali. Apa itu Hydrothermal Vents?
Hydrothermal Vents adalah retakan di permukaan planet yang secara
geothermal memanaskan perairan. Terus, apa hubungannya dengan skenario
kemunculan kehidupan? Hipotesis ini muncul karena di sekitar hydrothermal vent terdapat konsentrasi bahan organik yang sangat tinggi, dan panas dari hydrothermal vent ini memberikan cukup energi untuk kehidupan dapat terbentuk.
Terlepas dari berbagai
hipotesa yang sekarang masih dalam proses pembuktian lebih dalam, semua
hipotesis tersebut memiliki kesamaan yaitu kehidupan pasti muncul di air
yang memiliki konsentrasi bahan organik tinggi dan mendapatkan energi
yang sangat besar dari aktivitas vulkanik. Dari situ, diduga kehidupan
awal yang muncul adalah bakteri yang sangat sederhana, setelah mengalami
proses yang panjang baru muncul organisme-organisme yang dapat
berfotosintesis dan menghasilkan oksigen, diduga organisme fotosintesis
baru muncul pada 2,7 milyar tahun yang lalu. Dengan berbekal pengetahuan
ini, kita berangkat dengan asumsi bahwa kehidupan di luar planet bumi
ini juga memiliki "syarat-syarat" yang juga mirip dengan yang ada di
Bumi. Tapi sejauh mana sih, situasi di luar angkasa (baca: alam
semesta) ini menawarkan kondisi yang memungkinkan agar skenario yang
mirip dengan Bumi ini bisa terjadi? Yuk kita bahas di point berikutnya!
2. Penalaran Luar Angkasa dari sudut pandang Bumi.
Okay, setelah membahas tentang komponen penyusun kehidupan,
berikutnya kita akan membahas tentang definisi dari "luar angkasa" itu
sendiri. Kalo kita ngeliat langit pada malam hari, kita bisa ngeliat
bintang yang jumlahnya banyak banget. Tapi, pernah nggak sih lo
penasaran, bintang yang kita lihat itu ada berapa banyak jumlahnya?
Seribu, sepuluh ribu, Sejuta, Semilyar, Setrilyun? Emang seberapa luas
sih arti dari kata "luar angkasa" itu? Sampai mana sih ujung
dunia yang kita ketahui? Tentu, dengan mengetahui seberapa luas alam
semesta ini, kita bisa juga memperkirakan seberapa besar potensi atau
kemungkinan adanya kehidupan lain di luar planet bumi.
Oke, untuk memberi lo gambaran berapa luas alam semesta tempat kita
hidup ini gue akan memberi sedikit gambaran tentang lokasi "rumah" kita
di alam semesta. Pertama, yang kemungkinan besar lo semua ketahui adalah
kita hidup di salah satu sistem tata surya (solar system) di mana tata surya kita berada dalam pusaran galaksi bima sakti (milky way). Tolong bedakan tata surya dengan galaksi yah,
mungkin bagi sebagian dari lo kedengeran konyol tapi masih banyak loh
siswa SMA yang gak bisa bedain tata surya dengan galaksi, dan mikirnya
ujung dunia ini cuman Planet Pluto terus bintang-bintang doang, tanpa
ngerti sistemnya.
Okay, pertama yang disebut sistem tata surya adalah sebuah
sistem yang terpusat pada satu bintang yaitu matahari dan memiliki
delapan buah planet, lima dwarf planet, dan banyak komet serta asteroid
mengitarinya. Sementara itu, matahari (yang notabene adalah sebuah
bintang) sebetulnya cuma salah 1 dari sekitar 100–400 milyar bintang
yang mungkin terdapat didalam galaksi milky way..!! Udah gitu, galaksi
milky way kita ini cuma 1 dari 1200-2000an galaksi yang berada di dalam virgo supercluster (kumpulan
galaksi). Udah ngerasa kita kecil banget? Nah si Virgo supercluster
inipun ternyata hanya satu dari kira-kira 10 juta supercluster yang.....
bisa kita ketahui saat ini.
Kok yang kita ketahui saat ini? Iya, karena sebetulnya sampai saat
ini kita masih belum bisa melihat ujung dari alam semesta ini, karena
informasi yang kita dapatkan adalah cahaya yang kita tangkap dari Bumi.
Sementara itu, cahaya terjauh yang telah kita tangkap adalah 46.6 Milyar
tahun cahaya. Lebih jauh dari itu, bukan nggak ada apa-apa yah?
Tepatnya, kita belum tau karena informasi cahayanya aja belom sampe ke
planet bumi sampai sekarang ini.
Nah, buat lo yang mungkin masih belum kebayang, mungkin beberapa data singkat dan video ini bisa lebih memberikan gambaran:
-
Jarak bumi ke matahari itu: 1,496×1012
km. Jarak segitu bisa ditempuh oleh cahaya selama 8,32 menit. Artinya
kalo lo ngeliat matahari, lo gak menatap matahari secara langsung tapi
itu adalah kondisi matahari 8,32 menit yang lalu.
-
Jarak dari bumi ke pusat galaksi milkyway itu: 2,6×104 tahun cahaya dimana 1 tahun cahaya itu jarak yang ditempuh oleh cahaya selama 1 tahun atau sekitar 9.4×1012km (9.400.000.000.000. km)
-
Diameter milkyway itu sekitar 100.000 tahun cahaya
-
Jarak bumi ke galaksi terdekat (andromeda) itu: 2,538×106 tahun cahaya.
Keren kan videonya? Di situ, lo bisa mendapatkan gambaran betapa
luasnya alam semesta (yang kita ketahui) sekarang ini. Dalam hal
ini, gua pribadi bisa mengatakan bahwa kemungkinan adanya tempat yang
bisa dihuni oleh makluk hidup sangat besar. Bahkan potensi adanya planet
yang memiliki kondisi yang mirip dengan bumi ini juga amat sangat
mungkin sekali. Jadi sebetulnya, bisa aja ada mahluk hidup kompleks lain
diluar sana, tapi saking jauhnya kita dan mahluk hidup tersebut
sama-sama ga tau akan keberadaan satu sama lain. Okay, setelah memahami komponen penyusun kehidupan dan penalaran definisi "ruang angkasa", kita baru deh masuk ke topik utama yaitu potensi kehidupan di luar planet Bumi.
3. Potensi Kehidupan di luar angkasa/luar planet bumi.
Nah, setelah lo mengetahui komponen penyusun kehidupan dan
juga betapa luasnya alam semesta kita ini, sekarang baru deh kita masuk
ke menu utama kita yaitu potensi kehidupan di luar planet bumi. Sampai
saat ini, hanya planet bumi satu-satunya tempat yang kita tau kehidupan
bisa ada dan bertahan. Nah, terus mungkin di antara lo ada yang
bertanya-tanya, kenapa bumi? Apa yang spesial dari kondisi bumi
sehingga kehidupan bisa muncul dan ber evolusi di bumi? Mungkin ngga sih
diluar sana ada “bumi lain” tempat kehidupan bisa ada di alam semesta
ini? Sebagian besar dari alam semesta ini tidak bisa di jadiin tempat
idup, tapi kenapa bumi kita bisa ideal buat kehidupan gini? Jawabannya
adalah bumi ada di zona yang tepat. Nah, zona itu di namain dengan Habitable Zone.
Habitable Zone
Sebagian besar dari alam semesta ini jelas tidak dapat dihuni bagi
manusia, karena memang kebanyakan isinya ruang vakum sehingga tidak
mungkin dihuni, baik manusia maupun makhluk hidup manapun yang kita
ketahui di Bumi. Terus, planet-planet gas macem Jupiter, Mercury, dkk.
gitu juga ga mungkin bisa dihuni, jadi yang bisa dihuni itu planet
seperti apa, sih? Berdasarkan komponen penyusun kehidupan yang
telah kita bahas pada poin 1, para ahli astrobiologi berpikir bahwa
terdapat beberapa "persyaratan" agar kehidupan bisa terbentuk dalam
sebuah lingkungan di luar Bumi. Pertama, hal yang paling mendasar
dibutuhkan adalah air yang berbentuk cairan (baca : suhu sekitar 0oC-100oC
derajat Celcius). Air yang berada dalam bentuk cairan itu jadi kunci
supaya kehidupan bisa muncul untuk pertama kali, dari situ para saintis
merumuskan yang namanya habitable zone/goldilocks zone yaitu zona di mana air bisa bertahan dalam bentuk cair.
Keberadaan
air dalam bentuk cair bisa terjadi di suatu planet kalau dia berada di
jarak yang tepat si planet itu ke bintang-nya. Idenya gampang
sebenernya, kalau suatu planet atau satelit itu letaknya terlalu dekat
dengan bintangnya, suhu planet itu akan terlalu panas jadi air akan
menguap, sementara kalau jaraknya terlalu jauh dari bintangnya ya air
jadi beku semua. Nah, jarak ideal agar air dalam bentuk cair
ini dipengaruhi juga dengan index kecerahan bintang. Semakin cerah si
bintang pasti habitable zone bakal semakin jauh dari si bintang itu. Nah, untuk ngitung suhu benda langit sesuai dengan jaraknya terhadap bintang terdekat dapat menggunakan dua formula:
Persamaan itu menggunakan pendekatan yang menganggap planet itu
sebagai benda hitam. Kita bisa nyamain radiasi yang dikeluarin si planet
(L) di persamaan (1) dengan Total radiasi bintang yang diterima si
planet itu (Ein) pada persamaan (2). Dari situ bisa didapetin perkiraan
suhu efektif dari si planet. Untuk suatu tempat bisa memiliki air dalam
bentuk cair, maka tempraturnya harus sekitar 0oC--100 oC. Nah, tapi kalau kita ngitung suhu bumi dengan formula yang di atas, suhu bumi seharusnya 255oK atau -18oC, loh dingin banget kan? Terus, kenapa kok suhu bumi ngga -18 oC? Nah, si bumi ini kan punya atmosfer, dan di atmosfernya itu ada gas-gas rumah kaca kaya CO2 dan CH4. Nah,
gas-gas itu yang bikin bumi bisa “hangat” kaya sekarang. Jadi, para
ilmuwan merumuskan gas-gas rumah kaca itu juga harus diperhitungkan
untuk dapetin nilai suhu planet yang tepat. Terus kalo dengan persamaan
yang udah disempurnain itu ada ga planet yang ada di habitable zone? Nah, ternyata menurut NASA ada, dan planet-planet tersebut juga planet berbatu kaya bumi, nih liat gambar di bawah:
Wah, kalau gitu “alien” kemungkinan besar ada dong? Eits
tunggu dulu, peneliti NASA sampai saat ini belum dapat menentukan
apakah Gliese 581d dan HD85512b itu pasti layak untuk dihuni atau tidak.
Soalnya sampai sekarang ini, kita belum mengetahui berapa tepatnya CO2
yang ada di atmosfer kedua planet tersebut. Selain itu, ada beberapa
hal lain yang menjadi pertimbangan selain habitable zone, yaitu massa
dari kedua planet itu sangat besar, jadi gravitasinya juga pasti lebih
tinggi dari bumi.
Lah, emang apa hubungannya massa sebuah planet dengan
potensi kehidupan? Penjelasannya bisa gua berikan dengan memberi contoh
planet tetangga kita yaitu Mars. Secara hitungan di atas kertas, Mars
sebetulnya masuk ke daerah habitable zone, hanya saja medan magnet di
planet Mars lemah dan juga massanya relatif kecil. Akibatnya, Mars gak
punya "perisai" yang melindungi atmosfer dari radiasi matahari dan juga
mengalami kesulitan untuk mempertahankan atmosfernya. Itulah sebabnya,
Mars mengalami kekeringan dan airnya sekarang habis.
Tapi, bukan berarti Mars gagal sepenuhnya sebagai tempat penyokong
kehidupan loh. Karena sebetulnya, jutaan tahun yang lalu diperkirakan
memang ada air dalam bentuk cair di Mars. Selain itu, karakteristik
vulkanik dari planet itu mirip bumi yang berarti substratnya banyak
mengandung material organik. Jadi, menurut pandangan pribadi gue,
kemungkinan besar jutaan tahun yang lalu ada mahluk hidup di Mars,
minimal dalam bentuk bakteri.
Life Outside the Habitable Zone
Kalau memang syarat kehidupan itu adanya air, material organik dan
sumber energi, apa kehidupan cuma mungkin ada di habitable zone aja?
Berdasarkan pengamatan mahluk hidup di bumi aja, ternyata kehidupan
(umumnya bakteri) bisa bertahan di kondisi-kondisi ekstrim yang dulunya
pernah dikira tidak mungkin bisa ditinggali. Contoh lingkungan ekstrim
yang ternyata justru banyak mahluk hidup itu di dekat hydrothermal vent.
Bahkan banyak spesies Archaea bakteria yang hidup di lingkungan yang
tidak punya oksigen sama sekali dan bersuhu tinggi (sekitar 60--80OC) seperti di kolam-kolam air panas vulkanik. Coba deh lo tonton video penjelasan berikut ini berikut ini:
Kalau syarat kehidupan itu adanya air dalam bentuk cair, punya
material organik dan ada sumber energi yang bisa di manfaatkan, ya
berarti air nya ga perlu ada di permukaan dong? Contohnya kaya yang ada
di video di atas, di laut dalam disekitar hydrothermal vent kehidupan
bisa muncul. Sementara itu, ilmu pengetahuan sebelum tahun 1970an para
ilmuwan menyangka ngga mungkin ada kehidupan di sana, karena keadaan di
sana sangat beracun bagi sebagian besar mahluk hidup.
Tapi, setelah tahun 70an, para ilmuwan baru tau kalo dalam kondisi
ekstrim vulkanik bawah laut bisa ada mahluk hidup, dari situ para ilmuan
berpikir “Oh, mungkin di tempat kaya gini awal mahluk hidup bisa muncul dan berevolusi”. Mungkin lo berpikir bahwa dugaan itu ngga cuman asal-asalan, tapi memang kondisi awal planet Bumi tuh
ya kaya gitu, isinya air beracun dan tanpa adanya oksigen. Jadi,
mungkin kita bisa berharap di tempat lain di alam semesta kita, ada
tempat yang kayak begitu, dan ternyata memang ada, bahkan letaknya “ngga
terlalu jauh” dari bumi. Karena keadaan yang mirip dengan hydrothermal vent itu juga ada di beberapa satelit yang ada di sistem tata surya kita.
Salah satu satelit yang diduga punya lautan di bawah lapisan es di permukaannya itu bulan Europa (tolong
dibedakan dengan benua Eropa). Di bawah lapisan es Europa setebal
10--15 km, diduga punya laut yang dalam (sekitar 100 km). Loh kok bisa, sih?
Bulan Europa kan jauh dari matahari? Kok masi bisa ada air di bawah
lapisan esnya? Nah, keberadaan air dalam bentuk cair ini diduga
diakibatkan oleh tidal heating yang artinya ada gesekan antara
inti si satelit dengan lapisan di atasnya, gesekan ini muncul karena
adanya perbedaan gerak muter (rotasi)nya si satelit dengan gerak si
satelit ngelilingin jupiter. Panas yang dihasilkan oleh gesekan itu yang
bikin es jadi cair dan membentuk lautan yang luas. Nah, di
dasar lautnya bulan Europa ini hasil dari panas gesekan itu ada yang
membentuk gunung api vulkanik, ada juga yang yang berbentuk hydrothermal vent. Pada tempat-tempat seperti itulah, diduga kehidupan di bulan Europa akan ditemukan.
Berdasarkan fakta yang kita ketahui sekarnag tentang bulan Europa
yang juga memiliki laut dan juga aktivitas vulkanik di dasar lautnya,
bisa dibilang bahwa Europa memiliki kondisi yang memungkinkan untuk
bakteria, dan mahluk-mahluk bersel satu bisa muncul. Jika organisme
bersel satu bisa hidup, bisa aja organisme-organisme tersebut dapat
mengubah keadaan laut di satellite Europa jadi bisa menyokong kehidupan
yang lebih kompleks, seperti yang terjadi di bumi ini.
Sampai dengan saat ini, NASA udah menargetkan taun 2020 bakalan
mengirim wahana yang bisa menjelajah di lautan europa sana. Jadi,
mungkin saja dalam waktu kurang lebih 5 tahun lagi, kita akan menemukan
kehidupan pertama di luar planet bumi. Kalau ternyata di Europa ada
kehidupan, berarti kemungkinan besar di tempat-tempat yang mirip seperti
itu seperti satelit Ganymade, Enceladus, dan tempat-tempat lain yang
mirip kayak gitu juga mengandung kehidupan. Jadi, mungkin aja kehidupan,
apalagi kehidupan tingkat rendah (bersel satu) itu tidak terlalu langka
di alam semesta ini.
Posting Komentar